kato

Jika Umurmu Tak Sepanjang Umur Dunia, Maka Sambunglah dengan tulisan

Selasa, 16 Juli 2013

Penjaga Gerbang yang Tak Berdinding

Oleh Riki Ariyanto


foto net
Dua tahun yang lalu, Mesir bergejolak. Di alun-alun Tahrir, massa menuntut Hosni Mubarak (Mantan Presiden Mesir) mundur. Situasi riuh. Ada banyak saksi mata melihat, merekam dan menulis. Fakta-fakta itu kemudian disiarkan. Tidak saja stasiun televisi Al Jazeera tetapi juga CNN. 
Bahkan begitu aksi muncul, jejaring sosial ramai dengan informasi peristiwa tersebut. mereka yang tidak hadir dalam demonstrasi di lapangan itu dengan mudah mengakses lewat ponsel. Selain itu mereka ini ikut menyebarkan gagasan - gagasan akan pentingnya Mubarak mundur dari jabatannya lewat jejaring sosial. Hasilnya, Husni Mubarak resmi mengundurkan diri rakyat dan medianya menang. Setidaknya itu yang di gambarkan Nurudin (2011) dalam buku internet menuju cyber village.
Kini penguna Internet tiap tahunnya kian bengkak. Cara mengaksesnya beragam, bisa lewat destop, telepon seluler cerdas, juga tablet. Indonesia jadi salah satu negara pengkonsumsi aneka produk digital terbesar di dunia.
Dewasa ini dari ujung jempol, dalam hitungan detik, ribuan informasi mengalir lewat Twitter, Facebook, dan media sosial lainnya. Sehingga tidak mengherankan bila makin banyak orang yang mendapatkan berita dari media sosial. Sebab informasi yang tadinya digali, dikumpulkan dan disiarkan oleh wartawan kini bisa langsung beredar “tanpa perantara.”
Meski bermodalkan ponsel warga bisa melakukan aktifitas jurnalis
Di satu sisi surat kabar dengan jutaan oplahnya memang terus beredar. Namun  di negara-negara industri seperti Amerika Serikat, surat kabar dan majalah susul menyusul gulung tikar. Semua tak lain dan tak bukan disebabkan perkembangan teknologi internet yang senantiasa mengedepankan kecepatan.
Mungkin benar, kehadiran surat kabar hari ini telah mementahkan anggapan bahwa radio dan televisi akan membuat riwayat media cetak berakhir. Namun kini penyaing baru telah hadir. Yang ini bisa jadi sangat berbahaya dan mematikan.
Selain itu menurut Shayne Bowman dan Cris willis dalam Neiman Repots keluaran Universitas Harvard 2005, Internet telah menjadi saluran perubahan, percepatan, perluasan, sekaligus perputaran gagasan. Media massa yang memegang peran sebagai penjaga gawang berita kini terancam bukan oleh kehadiran teknologi dan pesaing baru, tetapi oleh khalayak yang menyajikan sendiri informasi yang mereka butuhkan.
Dalam The Elements of Journalism yang di usung Bill Kovach dan Tom Rosentiel, disebutkan norma yang dicita-citakan jurnalisme profesional. Nilai itu meliputi independensi, verifikasi, kesetiaan utama pada warga ketimbang pada politik atau korporasi, berdedikasi untuk menimbang kejadian ketimbang komitmen untuk memaksakan hasil spesifik atau solusi kebijakan. Objektif tak berarti netral. Pers mesti melakukan metode obyektif dan transparan dalam mengumpulkan dan verifikasi berita.
Jakob Oetama, dalam kumpulan artikelnya (2001) soal pers harus sanggup menangkap dan menyalurkan permasalahan serta aspirasi masyarakat. Pers harus mampu memberikan informasi. Pers terpanggil untuk mengembangkan mutu, komitmen dan tanggungjawab sosialnya. Setidaknya itu salah satu agar media cetak tetap dibaca khalayak, agar tak di cap, “sekedar cetak”.
 Kini dengan teknologi yang semakin mudah dan murah masyarakat melirik internet sebagai new media tanpa sensor dari editor. Mereka rajin menulis di blog, mengkritisi apa saja termasuk media arus utama, dan melaporkannya di media sosial. Perilaku ini yang lebih dikenal sebagai Citizen Journalism ( jurnalisme warga ) nama lain participatory journalism atau gasroot journalism.  Mereka “melawan” terhadap media utama yang kerap abai tanggungjawab sosialnya.
Bill Kovach dalam buku Blur (2012), menyebutkan hampir separuh dari seluruh orang dari 10 orang yang online memperoleh berita dari mesin pencarian seperti google dan Yahoo! Sepertiga dari yang online membaca blog dan enam dari 10 orang menyaksikan video dari situs youtube. Dan teknologi serupa yang mempermudahkan warga memproduksi konten mereka sendiri  juga dimanfaatkan pemerintah, swasta untuk berkomunikasi langsung. Ditengah kondisi ini , wartawan pun menjadi penjaga pintu untuk ruang yang tak lagi berdinding.
Wajib mencari kebenaran tidaklah cukup. Loyalitas pertama jurnalisme adalah kepada warga. Kesetiaan kepada warga ini adalah makna dari yang disebut independensi jurnalistik. Dalam survei tentang yang dilakukan oleh Pew Research Center for the People and The Press dan Comitte of Concerned Journalist, terhadap pertanyaan, “Kepada siapa anda bekerja?” Lebih dari 80 persen responden menempatkan “kewajiban pertama adalah kepada pembaca, pendengar, pemirsa” sebagai “prinsip inti journalism.”
Surat kabar mulai cari solusi. Ikut berpartisipasi membuka portal berita. Namun mengutip kata-kata Suwarjono, redaksi pelaksana vivanews.com usai beri materi pada acara seminar di Pekanbaru tahun 2012 lalu. Surat kabar memang mulai beralih ke dunia online. Namun itu masih sekedar memindahkan isi cetak ke online. Sedangkan di media online pihak media bisa membuat konsepnya seperti mall. Apa yang dibutuhkan, sudah tersedia.
Jakob memandang sudah saatnya surat kabar bertambah dekat dengan pembacanya. Penerbit dan wartawan jangan asyik sendiri. Tidak menulis apa yang menarik menurut dirinya, tetapi apa yang diinginkan dan menarik khalayak pembaca.
Jurnalisme tak lagi berupa ceramah. Ia lebih dialogis-berpotensi lebih kaya dari yang sebelumnya ada.
            Secara industri pengelolaan new media, lebih murah dan mudah dari pada media mainstream. Kini aktivitas jurnalistik seperti perencanaan, mengolah liputan, memuat hingga menyebarkan, tidak lagi milik mereka yang berkecimpung di media massa, tapi orang biasa pun dapat melakukannya.
            Meski dalam perjalanannya kita membutuhkan berita yang benar, baik secara peliputan maupun verifikasinya. Setidaknya jangan sampai media mainstream kecolongan ketika mengejar berita demi kecepatan malah meninggalkan ketepatan. Berita tetaplah laporan yang dalam prosesnya membutuhkan proses pembenaran dan mencari kabar yang benar.
bukan semata sensasional.
            Ramalan soal kematian media cetak, bukanlah isapan jempol belaka. Ditambah dengan semakin variannya tayangan di televisi, dan semakin mudahnya mengakses internet, sebagai tanda masa itu tak lama lagi.
            Namun media cetak punya khasnya sendiri. Sebagian masyarakat masih mendapatkan informasi lewat koran maupun majalah. Media cetak kini, sering muncul dengan terobosan tampilan dan penulisan. Media cetak sudah tak lagi bisa beranggapan benar dan hebat sendiri. New Media bisa menjadi rekan atau lawan.
Sumber:
 Basil Triharyanti, dkk. Dapur media antologi liputan media di Indonesia. Jakarta: Pantau.
Entan. Online Citizen Journalism Media alternatif untuk mempublikasikan dan mendapatkan informasi. Diunduh pada 1 Februari 2013 jam 23.30 WIB. http://eentan.blogspot.com//.2009.
Jakob Oetama. 2001. Suara nurani-Tajuk Rencana Pilihan 1991-2001. PT Kompas Media Nusantara. Jakarta.
Kovach , Bill dan Rosenstiel Tom. 2012. BLUR Bagaimana Mengetahui Kebenaran Di Era banjir Informasi. Yayasan Pantau. Dewan Pers. Jakarta.
Kovach, Bill & Tom Rosenstiel. 2006. Sembilan Elemen Jurnalisme Apa yang Seharusnya Diketahui Wartawan dan Diharapkan Publik. Jakarta: Yayasan Pantau.
Nurudin. 2009. Jurnalisme Massa Kini. Jakarta: Rajawali Pers.
______. 2007. Pengantar Komunikasi Massa. Jakarta: Rajawali Pers.
______. 2011. GejolakTimteng dan Kemenangan Jejaring Sosial. Diunduh pada 29 Januari 2013 jam 8.39 WIB.  http://nurudin-umm.blogspot.com/2011/04/gejolak-timteng-dan-kemenangan-jejaring.html
Pepih Nugraha. 2012. Citizen Jurnalism, Pandangan, Pemahaman, dan Pengalaman. Jakarta: PT Kompas Media Nusantara.
Tempo.  Orang Pajak Taat Palak. Edisi 5-11 Maret 2012. Jakarta: PT TEMPRINT.
Yahoo.com. 2011. Jurnalis yang aktif Twitter vs Jurnalis Anti Twitter. Diunduh pada 29 Januari 2013 jam 9.54 WIB http://id.berita.yahoo.com/jurnalis-yang-aktivis-twitter-vs-jurnalis-anti-twitter.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terimakasih Sudah berkunjung ^_^
Jangan lupa komen ya, trims