Oleh Riki Ariyanto
Aku sedang menunggu. Ya menanti kapan kereta kehidupan ini segara melaju. Aku di dalam sebuah mobil travel yang berukuran sedang dan nyaman. Saat itu aku akan berangkat menuju kota seberang. Dan aku bosan, menunggu dam kesendirian.
Sekedarmenghilangkan suntuk, Ponsel di genggaman ku
putar
berulang ulang. Dan hasilnya, sama sekali tidak berubah, aku masih bosan
sebelum akhirnya ku melihat cewek berjalan cepat, mengandeng semacam koper
besar.
Dari kejauhan aku melihat tubuhnya mungil, dengan baju kaor
berwarna kuning. Rambutnya kucir kuda dan hitam. Membuanya tampak menawan. Ada boneka beruang merah muda yang tampak
pasrah dalam dekapannya.
“Brummm,” supir memanaskan mesin. Semua penumpang telah
masuk ke dalam travel. Cewek tadi masih sibuk meletakkan barang di bagasi.
Kemudian Ia cek nomor bangku, yang kebetulan berada di dekat supir. Berarti
selama perjalanan ia akan selalu berada di sampingku.
Perlahan kendaraan yang kami melaju kearah timurnya Riau.
Sesekali roda mobil masuk kelubang yang
menganga di jalan, yang membuat cewek terpelanting ke pintu dan menyenggolku.
Dengan malu ia kembali ke posisi semula. Selama perjalanan kami tanpa perbincangkan.
Atau mungkin karena aku terlalu lelah untuk memulai suatu percakapan.
Mataku mulai terpejam.
Lagi, goncangan-goncangan membuatku tidak nyaman. Ku buka mata
perlahan, hari masih terang dan ada gadis berkucir kuda merebahkan kepalanya ke
bahu kananku. Ia jua tampak sangat
lelah. Aku ragu juga membangunkannya. Akhirnya aku pun membagi pundak sebagai
tempatnya berbagi lelah. Boneka panda merah muda masih ia dekap dengan tangan
kiri. Aku sejenak tertegun, memandang parasnya yang cantik.
Aku coba alihkan pandangan lewat jendela. Pepohonan sawit
terbentang sepanjang jalan. Sesekali mobil menghentak dengan keras. Angin yang
masuk dari celah jendela yang sengaja ku buka setengah. Musik-musik mendayu mengalun
merdu dari radio di hadapanku. Gerimis mulai turun. Sayup terdengar suara
Sherina, menyanyikan lagu yang sangat romantis. Aku pun menikmatinya bersama si
kucir kuda disampingku.
Tengah sibuk dengan pemikiranku, tiba-tiba, cewek itu terbangun.
Ia segera perbaiki poninya. Sambil terus mengerjap dan memandang ke arahku.
Lalu ia tersipu malu. Mungkin ia juga bingung mengapa bisa bersandar di
pundakku. Kemudian ia lihat layar ponsel. Aku pun kembali menatap keluar pintu.
Sebentar lagi aku akan turun dan sampai ke tujuan. Gapura
selamat datang sudah di lewati. Aku lirik ke arahnya. Ia sedang menatap langit
sore. Ada pesan masuk di ponselku. Sebelum ku sempat membaca, sekilas tampak dompet
panjang di dekat kaki si gadis kucir . Lalu ku condongkan badan ke bawah dengan
cepat menggapai dompet. Kakinya juga
putih.
“nih,” aku sodorkan ke dia.
ia berpaling lalu berucap, “e… terimakasih.”
ia berpaling lalu berucap, “e… terimakasih.”
Kukunya bersih. Ada satu cincin yang menghiasi jemarinya. Ia
tersenyum kepadaku. Aku baru sadar Matanya sedikit coklat. Aku balas dengan senyuman tulus.
Supir mulai menyebutkan nama lokasi-lokasi. Sebagian penumpang mulai turun. Kini giliranku turun.
Sambil meletakkan tas di tanah aku lihat gadis berkucir kea rah ku dari jendela
pintu. Kami saling bertemu pandang. Seolah aku menangkap pesan dari matanya, walau
tanpa kata-kata. Seperti : “Terimakasih, Sudah meminjamkan Bahumu.”
Aku jua sampaikan pesan begini: “Kamu juga teman perjalanan
yang menyenangkan. Meski kita nyaris tanpa obrolan tapi ku merasa tak kesepian.
Mungkin di lain kesempatan kita bertemu kembali.” Tapi itu hanya di dalam hati.
Kemudian mobil itu berangkat, Hingga tak terdengar suara
lagi. Aku melangkah menyeberangi jalan.
Aku merasa ada yang berkecamuk di dada. Pikiran seakan bekerja keras mengingat
sesuatu. Tapi entah apa. Tak lama kemudian. “ALAMAK, AKU LUPA TANYA NAMANYA?”
Semua yang telah diusahakan mengalir begitu saja tanpa ku
tahu siapa dia. Bila waktu pertemukan kita kembali, Pertanyaan pertamaku adalah:
“NAMA KAMU SIAPA?”
--- kumpulan 100 puzzel hati---
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih Sudah berkunjung ^_^
Jangan lupa komen ya, trims