kato

Jika Umurmu Tak Sepanjang Umur Dunia, Maka Sambunglah dengan tulisan

Kamis, 18 Juli 2013

Berawal dari kebodohan


Oleh Riki Ariyanto


Hubungan. Diawali dari kepercayaan, mencari persamaan, dan melengkapi kebutuhan. Tapi  aku menjalani hubungan dari sebuah kebodohan.
Pertamanya aku suka temannya. Aku tanya nama, dan no HP. Niat memang tuk jadikan pacar.
Tapi entah kenapa ku intens berkomunikasi dengan si dia, bukan temannya. Aku malah sering
kirim kata-kata yang menurutku romantic, ke nomor HP nya, sekedar gurauan belaka. Walau terkadang aku  tak paham juga. Itu selalu ku lakukan tiap malam Minggu. Dia pun membalas dengan kata-kata yang tak ku mengerti jua. Dan aku merasa bahagia.
perlahan Ku sadar ada perasaan lain yang tertanam di sini (hati). Tak dapat ku sanggah. Soal temannya tadi telah lama tak ku kejar lagi. Berakhir dengan tidak manis. Seorang pria lain sudah dulu memboyongnya sebagai pasangan. Aku sempat galau, tapi itu hanya sementara. Masih ada si dia.
Dari minggu keminggu, bulan berganti, tiap sabtu malam ku kecanduan menanti dering pesan masuk. Menanti kata-kata mutiara si dia. Namun entah kenapa hingga pukul sebelas malam tiada pesan masuk darinya.
Hingga suatu ketika seorang teman bertanya: “Bodoh kau ki! apa yang kau tunggu lagi? Tembak lah, orang lain juga melirik dia…”
Sulit bagiku tuk menjawab dengan alas an yang tepat. Ia pikir logikaku telah dibodohi perasaan. Bodohkah aku menjalani hubungan ini? Jalinan yang hanya bertaut dari kata-kata, yang tidak jelas apakah saling suka. Temanku ini masih menanti jawaban. Lalu dengan mantap ku jawab: “Cinta tak harus memiliki.”
Kelopak matanya membuka, dan tertawa terbahak. Raut wajah cemooh darinya muncul. Baginya itu hanyalah kata-kata pelarian orang yang menyerah pada ketidakberdayaan menatap resiko di depan. Aku acuh sambil menatap layar TV. Fikiranku menerawang. Mungkin benar aku telah terpaku pada kebahagiaan yang semu.
*****
Kini umurku bukan belasan lagi. ku kembali tergiang cerita beberapa tahun silam itu. Saat kebodohanku bermula. Terpaan gerimis Malam ini menyejukkan hati dan mendinginkan kepala. Ku menanti bulan purnama, tapi hanya redupnya bintang yang tiba.
Dunia ini dipenuhi dengan ketidakmungkinan. Selalu ada tempat untuk segala keraguan. Disaat kita bisa melihat senyuman orang yang buat kita bahagia, rasanya tak perlu sampai memilikinya. Karena tidak ada jaminan ia kan selalu tertawa bersama kita, atau malah kita yang tersadar si dia hanya serpihan fatamorgana. Bila yang ku terapkan ini suatu kebodohan, rasanya menjadi bodoh selamanya pun tak mengapa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terimakasih Sudah berkunjung ^_^
Jangan lupa komen ya, trims