Oleh Riki Ariyanto
Aku bersandar sambil menikmati kesunyian.
Detak jam dinding terdengar jelas. Aku mengambil Koran pagi.
Sesekali ku turunkan, agar bisa menatap kursi kosong di depan. Biasanya ia di
sana, Sambil sesekali melempar senyuman indahnya dengan sepasang lesung pipi..
Tapi kini ia entah sedang apa, membuatku nestapa.
pesan singkat yang tadi kukirim, tak ada balasan.
Di sini aku bersama beberpa orang. Tapi… aku merasa sendiri
di antara ramainya perbincangan. Tanpa dia Sepi rasanya.
Samar kudengar sepedamotor parkir di depan. Koran di tangan,
cepat ku pindahkan. Berharap ia muncul dengan rambut hitamnya yg mempesona. AKu
deg-degkan. Sekian lama ku tunggu.
ternyata rekan brewok yang muncul, bersama kepulan asap rokok. Ia lempar senyum
tanpa dosa. KAMPRETTO! gerutuku dalam hati. Ku bertambah nelangsa.
Hari yang tak
kuinginkan tiba. Pertemuan selalu brpasang dengan perpisahan. Suka atau tidak,
mau tak mau, itulah adanya. Tapi tiada
guna mengutuk perpisahan, yg bagai suratan takdir.
ku berjalan gontai. ku menyalami rekan -rekan, sampai di
ujung koridor. Si lesung pipi ada di sana, menatapku dari kejauhan. bolamatanya
masih sama, tetap indah, hanya saja berlinang. di hadapannya tak kuasa ku
berlama.
Ku genggam erat jemarinya. Hangat.
Ku lepaskan tangan, agar segera brlalu.
Aku balik kanan tanpa menoleh padanya lagi. sekilas ku lihat
ia menyapu kedua matanya. Ku berjalan menatap ujung sepatu sendiri, Sambil
menahan sendu ku tertunduk lesu.
ku ingin sampaikan: Jika berjodoh kita kan berjumpa. bila tak berjodoh, kita bisa saja bertatap muka, Entah sedang sendiri, atau brsama pasangan msing-masing. Namun kenangan ini begitu berarti buatku. Hariku indah bersamamu . sampai jumpa lagi wahai sepasang lesung pipi (epilog)
___Rikiorota@gmail.com___
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusnikah lai ang cu....
BalasHapusyo tu sanak... :D
Hapus