kato

Jika Umurmu Tak Sepanjang Umur Dunia, Maka Sambunglah dengan tulisan

Sabtu, 20 Juli 2013

Surat Untuk Dosen Pembimbing

Oleh Riki Ariyanto


Bapak dosen pembimbing yang saya hormati,

Saya tak tahu harus mulai dari mana, Ada apa dengan delapan judul yang saya tunjukkan  tempo hari pak. Semua saran dan perintah bapak sudah saya tepati. Sampai-sampai saya harus berkali-kali ke pusat kota dengan bus yang penuh sesak, sekedar mencari referensi.

Apakah saya pernah bersalah, atau mungkin
perkataan saya sempat mengusik hati bapak. Jika itu benar, maafkanlah saya. Saya juga manusia yang tak luput dari khilaf dan salah. Biarkanlah saya mencium tangan bapak sampai air mata saya ini tak lagi mau menetes.

Saya sadar memang bukan mahasiswa pintar, apalagi teladan seperti teman-teman saya yang lain. Tapi jangan samakan kami. Tak perlu bapak bandingkan saya cukup tahu diri dengan kapasitas sendiri.
Dosen pembimbing yang saya banggakan,

Saya tahu waktu bapak semuda saya, Skripsi bapak juga tidak mudah Diselesaikan. Masih terngiang di kuping saya perkataan bapak waktu itu: waktu jaman Saya dulu, masukkan judul itu susah minta ampun!
Lalu bapak buktikan bisa mendaparkan gelar sarjana tepat waktu. Salut saya pak. Tapi janganlah bapak terapkan itu pada saya. Kita berbeda pak.
Mungkin bapak sanggup bertahan setelah berkali gagal, dan bisa bangkit lagi. Tapi saya orangnya yang tak setabah itu Pak, banyak hal yang membebani pikiran selain tugas akhir ini.

Beberapa hari lalu, adik saya menyatakan ingin kuliah kepada orangtua saya. Lalu Ayah saya bilang: Kau pula mau kuliah. Abangmu saja belum tamat-tamat!
Miris hati ini mendengar adik saya menceritakannya pak.
Saya memang tak benar-benar sibuk, banyak waktu luang yang saya habiskan begitu saja. Namun tenaga fisik dan pikiran saya juga banyak terkuras di pekerjaan, yang menjadi tempat saya menuai lembaran rupiah tiap bayar semesteran.

Bapak dosen yang saya sayangi,

Oh iya, bapak dapat salam dari ibu saya. Kata Beliau: Nak, gimana skripsinya? Masih ditolak lagi? Si anu kawan yang satu sekolah denganmu sudah bekerja sekarang. Seragamnya bagus. Kemaren ibuknya cerita dia mau nikah akhir tahun ini.

Tahun ini adikmu ngak jadi masuk kuliah. Padahal ibu sudah paksa. Kami sebagai orangtua kalian masih sanggup cari duit. Tapi dia Cuma bilang: ngak apa bu. Aku ngak kuliah tahun ini juga ngak apa-apa. Biar abang lulus dulu, baru daftar lagi ke kampus.

Kamu jangan kerja lagi ya nak. Fokus saja sama skripsinya. Biar ibu dengan ayah membanting tulang untuk biayai kuliah mu. Ibumu ini tak sekolah tinggi-tinggi. Manalah tau seperti apa Skirpsi itu. Tapi ibu percaya kamu sudah berjuang. Bilang sama dosennya ya, kalau bisa kamu jangan lama-lama di kampus. Kasian Adik-adik kamu.

Itu yang dikatakan ibu saya, ketika saya mencium telapak tangannya, Bekas-bekas gigitan nyamuk saat ia pergi ke ladang sudah seperti riasan tambahan di tubuhnya. Ayah saya juga sama, tangan dan punggungnya hilam legam, terbakar sinar mentari. Ia hanya diam dengan tatapan teduhnya dari kejauhan saat saya berpamitan.
Di kos ada pisang dan beras yang dititip orang tua saya. kalau bapak berkenan akan saya antarkan.

Bapak dosen pembimbing,…

Saya tahu bapak letih meladeni banyak mahasiswa yang bimbingan ke bapak. Saya maklum saat bapak bilang: Besok saja ya. Hari ini saya capek. Padahal jadwal bapak hanya satu jam, itupun hanya hari Rabu dan Jum’at. Saya juga menghormati kebijakan bapak, yang tak berkenan bila saya bimbingan ke rumah bapak. Tak mengapa, karena memang saya yang membutuhkan, Bukan bapak yang butuh saya.

Tapi saya juga letih pak, saat skripsi menghantui saya dimana saja. Sempat saya berniat lebih baik di DO, dari pada mengurus Skripsi yang tak jelas seperti ini. Tapi semua itu langsung sirna, saat saya mengenang wajah orang tua saya yang semakin tirus, dan adik-adik saya yang saya sayang. Tak tega rasanya mengecewakan mereka.

Tahun ini saya sudah resmi jadi mahasiswa semester 13 pak. Yah, saya berharap ini hanya menjadi pengalaman hidup. Untuk tidak meremehkan sesuatu. Karena semua yang ada di dunia melalui proses, tidak instan.
Tapi setidaknya izinkanlah Saya memohon kiranya bapak sudi terima lampiran ini. Semoga judul ini menjadi terakhir saya ajukan.
Atas perhatian dan ketulusan bapak saya ucapkan terimakasih,

mahasiswamu.

*Cerita ini fiksi. Tidak ada sangkut pautnya dengan seseorang. Bila ada kesamaan cerita, itu karena saya terinspirasi kisah dari teman-teman seperjuangan. ^_^

3 komentar:

Terimakasih Sudah berkunjung ^_^
Jangan lupa komen ya, trims