Oleh Riki Ariyanto
Saya sedang berjalan menuju Pusat Kegiatan Mahasiswa
(PKM) UIN Suska Riau.
Teman saya tadi milang, Minggu siang (20/10) ini akan hadir seorang tokoh Jaringan Islam Liberal (JIL) sebagai pmateri sminar.
Teman saya tadi milang, Minggu siang (20/10) ini akan hadir seorang tokoh Jaringan Islam Liberal (JIL) sebagai pmateri sminar.
saya mulai googling tentang JIL: JIL tak bisa dilepaskan dari
imperalisme Barat atas Dunia Islam. JIL telah menghunus dua pisau yang akan
segera ditusukkan ke tubuh umat Islam, yaitu pisau politis dan pisau ideologis.
Minggu (20/10), Ulil Abshor di Parkiran | (foto riki). |
sambil terus berjalan, saya lihat di area parkir PKM tampak beberapa orang bergerumul,
seperti sedang membahas hal penting. Alis mata beberapa di antaranya sampai bertaut.
D samping mobil, seorang pria berkacamata melipat kedua tangan di dada.
Perawakannya tinggi berambut pendek.
Ia kenakan kemeja warna krem dan celana hitam.
Ia diam saja, menyimak obrolan rombongan.
Nama pria itu: Ulil Abshor Abdalla.
"Buka saja acaranya dulu," dekan Fakultas Ushuluddin.
Ia khawatisr atas keselamatan Ulil.
Sebab sedari malam, muncul banyak SMS yang menentang kehadirannya di sertai kata ancaman.
"Kami Siap pasang badan, kalau Ulil jadi datang," ujar seorang panitia menirukn pesan singkat yang di dapatnya.
Ia menyarankan agar Ulil tidak usah dulu menyampaikan pemikirannya seputar Demokrasi di Negara -negara Muslim. Seminar akan tetap dilanjutkn dengan pemateri lain yg telah hadir. Karena semua kursi peserta sudah penuh, tidak mungkin untuk membatalkan acara.
Ulil pun maklum. Lalu ia masuk ke dlam mobil di dampingi seorang mahasiswa.
Dari kejauhan,terlihat beberapa orang pakai kaos lengan panjang warna oranye hilir mudik. Matanya tajam. Seperti menanti sesuatu. Tak banyak memang. Hanya beberapa orang saja.
Umur mereka saya taksir sekitar 30 atau 40an tahun.
Di tempat terpisah, dalam ruangan Ulil menjawab beberapa pertnyaan wartawan.
"saya menyayangkan hal ini terjadi. Semestinya tidak terjadi di masyarakat kampus yang akademis."
"saya pikir demokrasi tema yang netral"
"karena menarik membahas politik di Negara-negara seperti mesir maupun tunisia."
"saya percaya demokrasi bukan yang paling baik. Tapi demokrasi yang lebih baik."
Sesi konferensi Pers di tutup. Ulilpun sgera prgi.
Saan, wartawan Tabloid Gagasan mendekati Ulil. ia seperti coba membujuk agar Ulil mau menjelaskan pandangannya tentang plularisme agama.
"Kamu dari media mana?"
"media kampus pak."
Ulil menghentikan langkahnya.
"Gini, Itu masalah krusial. Harus ada diskusi dan waktu yang cukup. Kalau sekarang saya jelaskan, nanti bisa terjadi kesalahpahaman."
Lalu Ulil pun berlalu.
Saya kembali ke PKM.
Tiba - tiba terdengar suara: JANGAN SAMPAI NEGERI LANCANG KUNING DI LIBERALISASI!
Mereka mendapat kabar, Ulil tak jadi datang.
sepertinya yang berteriak belum sadar. Sejak tadi, Ulil berada tidak jauh darinya.
D samping mobil, seorang pria berkacamata melipat kedua tangan di dada.
Perawakannya tinggi berambut pendek.
Ia kenakan kemeja warna krem dan celana hitam.
Ia diam saja, menyimak obrolan rombongan.
Nama pria itu: Ulil Abshor Abdalla.
"Buka saja acaranya dulu," dekan Fakultas Ushuluddin.
Ia khawatisr atas keselamatan Ulil.
Sebab sedari malam, muncul banyak SMS yang menentang kehadirannya di sertai kata ancaman.
"Kami Siap pasang badan, kalau Ulil jadi datang," ujar seorang panitia menirukn pesan singkat yang di dapatnya.
Ia menyarankan agar Ulil tidak usah dulu menyampaikan pemikirannya seputar Demokrasi di Negara -negara Muslim. Seminar akan tetap dilanjutkn dengan pemateri lain yg telah hadir. Karena semua kursi peserta sudah penuh, tidak mungkin untuk membatalkan acara.
Ulil pun maklum. Lalu ia masuk ke dlam mobil di dampingi seorang mahasiswa.
Dari kejauhan,terlihat beberapa orang pakai kaos lengan panjang warna oranye hilir mudik. Matanya tajam. Seperti menanti sesuatu. Tak banyak memang. Hanya beberapa orang saja.
Umur mereka saya taksir sekitar 30 atau 40an tahun.
Di tempat terpisah, dalam ruangan Ulil menjawab beberapa pertnyaan wartawan.
"saya menyayangkan hal ini terjadi. Semestinya tidak terjadi di masyarakat kampus yang akademis."
"saya pikir demokrasi tema yang netral"
"karena menarik membahas politik di Negara-negara seperti mesir maupun tunisia."
"saya percaya demokrasi bukan yang paling baik. Tapi demokrasi yang lebih baik."
Minggu (20/10) Ulil di wawancara(foto riki) |
Saan, wartawan Tabloid Gagasan mendekati Ulil. ia seperti coba membujuk agar Ulil mau menjelaskan pandangannya tentang plularisme agama.
"Kamu dari media mana?"
"media kampus pak."
Ulil menghentikan langkahnya.
"Gini, Itu masalah krusial. Harus ada diskusi dan waktu yang cukup. Kalau sekarang saya jelaskan, nanti bisa terjadi kesalahpahaman."
Lalu Ulil pun berlalu.
Saya kembali ke PKM.
Tiba - tiba terdengar suara: JANGAN SAMPAI NEGERI LANCANG KUNING DI LIBERALISASI!
Mereka mendapat kabar, Ulil tak jadi datang.
sepertinya yang berteriak belum sadar. Sejak tadi, Ulil berada tidak jauh darinya.
Selang satu jam kemudian, Ulil mulai berkicau di twitter tentang peristiwa yang dialaminya.
@ulil 1. jam 2 ini saya mestinya memberikan ceramah tentang demokrasi di Negara-negara Muslim di UIN Suska, Pekanbaru.
@ulil 2. Tapi menit menit terakhir saya diberitahu oleh ibu Dekan Fkultas Ushuluddin bahwa saya tak boleh bicara diseminar itu.
@ulil 3. Alasannya karna ada ancaman dari kelompok2 islam tertentu yang tak menyukai saya menyampaikan ceramah di UIN Riau.
@ulil 4. Saya sudah hadir di lokasi acara, dan siap menyampaikan ceramah. Pengunjung sangat banyak.
@ulil 5. Saya menyesalkan pencekalan saya di UIN Riau. Bagi saya, ini kabar buruk bagi "Kebebasan Akademik."
@ulil 1. jam 2 ini saya mestinya memberikan ceramah tentang demokrasi di Negara-negara Muslim di UIN Suska, Pekanbaru.
@ulil 2. Tapi menit menit terakhir saya diberitahu oleh ibu Dekan Fkultas Ushuluddin bahwa saya tak boleh bicara diseminar itu.
@ulil 3. Alasannya karna ada ancaman dari kelompok2 islam tertentu yang tak menyukai saya menyampaikan ceramah di UIN Riau.
@ulil 4. Saya sudah hadir di lokasi acara, dan siap menyampaikan ceramah. Pengunjung sangat banyak.
@ulil 5. Saya menyesalkan pencekalan saya di UIN Riau. Bagi saya, ini kabar buruk bagi "Kebebasan Akademik."
Saya pikir perlu adanya kebijaksanaan menyikapi hal ini. tentang mana yang Salah dan benar, tentu akan memunculkan debat panjang yang tak kunjung usai.
Yang saya tahu beberapa orang saat itu lagi di terpa badai Uforia.
seperti sedang mengalami kemenangan yang besar.
seperti sedang mengalami kemenangan yang besar.
Dan sebagian lagi dirundung kecewa. merasa tak enak
hati.
sudah di datangkan orang dari jauh, untuk berbagi ilmu maupun pemikiran soal demokrasi,
memperkenalkan diri saja Ulil tak sempat.
Yah, semua pasti ada hikmahnya. tentu ini menjadi pelajaran untuk Indonesia yang lebih baik.
semoga yang berkoar: usir, usir, usir, tau apa yang di koarnya.
dan yang berinisiatif mendatangkan Ulil, telah mempertimbangkan dampak tindakannya.
#salam damai.
sudah di datangkan orang dari jauh, untuk berbagi ilmu maupun pemikiran soal demokrasi,
memperkenalkan diri saja Ulil tak sempat.
Yah, semua pasti ada hikmahnya. tentu ini menjadi pelajaran untuk Indonesia yang lebih baik.
semoga yang berkoar: usir, usir, usir, tau apa yang di koarnya.
dan yang berinisiatif mendatangkan Ulil, telah mempertimbangkan dampak tindakannya.
#salam damai.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih Sudah berkunjung ^_^
Jangan lupa komen ya, trims